Mengapa Mamaku Berbeda?

Hmmm... cerpen yang satu ini memang belum pernah dimuat. Lewat cerpen ini, aku ingin mengajarkan bahwa kita harus menyayangi ibu kita seperti apapun kondisinya. Karena bagiku, mama adalah wanita yang paling hebat dan cantik di dunia ini. I love you mum :*


Lana merebahkan dirinya keatas kasur. Sambil membuka buku diary miliknya yang menjadi tempat bercerita sehari-harinya. Apapun! Namun, buku diary itu tidak indah dan menarik untuk ditulisi. Hanya sampul coklat lusuh bergambar bunga mawar yang juga sudah memudar. Buku diary itu pemberian mama. Katanya, dia mendapatkannya dari nenek buyut Lana, atau nenek mama.  Mama memang begitu, selalu memanfaatkan apa saja yang bisa dimanfaatkan. Karena itu, mama jadi suka memanfaatkan barang lama, sehingga jarang membeli barang baru.
   Lana jadi harus berhemat. Tulisannya di buku tulis selalu kecil-kecil. Tak heran jika pulpennya sangat jarang berganti. Berbeda dengan Disa, sahabatnya yang mudah kehilangan benda. Bila hal itu terjadi, mamanya hanya akan membelikan yang baru.
   Mereka memang sahabat yang berbeda. Lana berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Kalau Disa, dia sangat berkecukupan.
   “Hhh…, Jum`at depan kan ada acara perpisahan Rena karena hendak pindah ke luar kota. Kira-kira…, ikut enggak ya?” gumam Lana.
   Itulah yang membuat Lana ragu, mamanya memang berbeda. Mamanya tidak mementingkan penampilan dan kesenangannya, mama mementingkan Lana. Mama tidak pernah suka belanja baju seperti ibu-ibu lain. Ketika mama teman-teman Lana menjemput dengan kesan kaya, mama datang dengan kesan baik dan penyayang.  Pokoknya, hidup mama seperti dekat dengan kasih sayang dan tidak dekat dengan uang.
   Mama mengetuk pintu, “Lana, mama boleh masuk enggak?” tanya mama.
   “Masuk saja ma,” jawab Lana seraya memutar kunci pintu. Mama mengernyitkan alis ketika melihat wajah Lana agak bingung.
   “Lana, kok seperti bingung sih?” tanya mama lagi. Lana tersenyum tipis, menggeleng pelan.
   “Enggak kok, ma!” jawab Lana. Kemudian dia berfikir, akankah dia bercerita pada mama tentang perpisahan itu atau tidak. Perpisahan itu kan, diadakan di restoran mewah. Pasti, semua teman-temannya akan memakai baju bagus. Terkecuali dirinya. Satu-satunya baju yang layak untuk acara seperti itu, yang dimiliki Lana hanyalah gaun merah muda bergambar bunga. Gaun itu sudah lama sekali, bahkan sebenarnya belum bisa disebut layak.
   Lana ragu untuk bertanya. Bisa-bisa, mama repot untuk membelikan baju baru untuknya. Tetapi, dia memilih untuk bertanya, “Ma, Jumat depan, Rena mengajak teman-teman sekelas untuk mengikuti acara perpisahan di Foodialicious Resto ma…” kata Lana lirih. “Sebenarnya, Lana ingin ikut. Tetapi…”
   “Lana, mama tahu kamu sangat ingin mengikuti acara itu. Mama juga ingin memberi kamu hadiah karena Lana mendapat nilai UAS yang memuaskan,” mama tersenyum lembut. “Tetapi…, mama sedang tidak punya uang banyak. Kalau mau, Lana boleh pakai tabungan Lana. Mama akan tambahkan kok!” kata mama. Ia tahu mama tidak sedang punya uang banyak, maka ia memutuskan untuk berfikir dahulu.
   Malam harinya, Lana tidak bisa berkonsentrasi belajar. Ia terus memikirkan kata-kata mama. Rena adalah sahabatnya. Sangat penting melakukan perpisahan dengan sahabat. Tetapi… bagaimana dengan mama?
   Tiba-tiba, ada suara yang terdengar di telinga Lana. “Lana, ayo ikuti pesta itu! Rena kan sahabatmu. Dia akan kecewa bila kamu tidak hadir!” bisik suara itu.
   Tak lama, ada suara yang terdengar bijak, “Lana…, uang yang mama kamu butuhkan tidak sedang banyak. Sebaiknya, uang tabunganmu dibuat hal-hal yang lebih berguna. Kamu kan, bisa menyiasati perpisahan tersendiri dengan Rena. Lagipula, sahabat akan memahami keadaan sahabatnya kan?” bisik suara itu.
   Ia mulai paham. Apa ya…, hal-hal yang berguna itu?
   Kemudian, Lana terlonjak kegirangan. Ia baru ingat, kalau sebentar lagi hari ibu. Bagaimana, kalau uang itu digunakan untuk membeli hadiah hari ibu! Sekarang, sudah tanggal 10. Lana harus segera membelinya tanpa sepengetahuan mama.
   Lana ingat, di dekat sekolahnya ada toko pernak-pernik aneka macam. Harga benda-benda disitu terbilang murah. Ia berniat mengunjungi toko itu sepulang sekolah.
   Tiba waktunya pulang sekolah. Lana sudah membawa uang yang menurutnya cukup untuk membeli benda-benda di toko itu. Ketika sampai di depan toko, terlihat banyak benda yang menarik perhatiannya. Waaah! Dia menjadi bingung ingin membeli yang mana.
   Terlintas di matanya sebuah benda mungil yang menarik perhatiannya. Yaitu, sebuah kotak musik berwarna pink. Kotak musik identik dengan bentuk bonekanya ballerina. Tetapi, kotak musik yang satu ini berbeda. Bentuk bonekanya adalah seorang ibu berambut sebahu coklat yang cantik, pipinya merona. Ya, sangat mirip dengan mama. Oh iya, boneka itu memeluk anak perempuannya dari belakang. Tampaknya, anak itu manis sekali. Lana mencoba mendengarkan suaranya, bagus. Mama juga suka kotak musik. Mama menyimpan kotak musik tua dari nenek.
   “Mau membeli yang itu dik?” tanya si penjaga toko. Lana tersenyum dan melirik harga kotak musik itu. Hanya Rp 60.000,- dan uang yang dibawanya cukup. Tanpa ragu, Lana mengangguk dan membawa hadiah itu ke kasir, dan meminta penjaga toko untuk membungkusnya dengan kertas kado.
   Keesokan harinya, Rena mengumumkan bahwa perpisahannya diundur hari Minggu. Lana segera menemui Rena untuk menjelaskan tentang mamanya.
   “Rena, aku akan kangen padamu setelah kita berpisah,” ucap Lana pelan. “Tetapi…, aku sangat meminfa maaf padamu. Soalnya, mamaku tidak mampu mengantarkan aku ikut acara itu. Baju-bajuku juga tidak layak untuk perpisahan mewah di restoran mewah juga,” lanjut Lana.
   Rena agak terkejut. Tetapi hatinya mengiba, memahami sahabatnya. “Aku mengerti kok, Ren. Yang penting, jangan lupakan aku ya!” katanya sambil memelukku.
   Nah, inilah tanggal yang sangat spesial bagi Lana, 22 Desember atau hari ibu. Ia ingin segera menyerahkan hadiahnya untuk mama.
   Sore ini, mama berdandan sangat rapi. “Lana, ayo kita berangkat ke pesta perpisahan Rena! Kita akan naik mobil Om Doni. Mama sudah pinjam gaun dari kakak sepupumu, untuk kamu pakai. Ayo ganti baju!” perintah mama.
   Lana menggeleng, sambil tersenyum penuh rahasia. “Ma, Lana tidak usah ikut. Disana, kami hanya akan pesta. Lagipula, Lana sudah bilang pada Rena kalau tidak bisa ikut. Dia mengerti…, ma. Sekarang, ikut aku ke kamar yuk, ma!” ajak Lana.
   Mama hanya tersenyum. Membuka pintu kamar putri tunggalnya itu, mama sangat terkejut dan tersenyum penuh haru.  Di kamar Lana, ditempeli tulisan-tulisan tentang mama. Seperti ‘Aku sayang mama’, ‘I love my best mother in the world’ dan Lana menyerahkan hadiah kepada mama.
   Lana melompat memeluk mama dan mencium pipinya, “Selamat hari ibu ma! Lana sangat sayang sama mama. Terima kasih ya, ma… Mama adalah yang terbaik!” katanya.
   Mama menintikkan air mata haru dan mencium Lana juga. Lalu, mama membuka hadiahnya. Mama tersenyum, mencoba alat itu.
   “Terimakasih, Lana. Mama sangat sayang padamu, nak…”
   Hari itu, aku sangat senang. Karena, meskipun aku tidak bisa berpisah dengan Rena, aku bisa membahagiakan orang yang sangat aku sayangi. Disitu aku tahu, beliau berbeda dan spesial. Beliau lah… mama.

Comments

Popular Posts