Kisah Cinta Sepeda

Halo sobat! Aku nggak tau kapan aku menulis cerita ini, yang jelas, aku menemukannya di file lamaku. Hehehe... buat para ABG. Baca aja neh... aku terinspirasi dari kejadian kecil yang nyata tapi ada yang dipoles juga loh! Hehe... semoga suka ya, guys!

Kisah Cinta Sepeda dari Bengkel Cinta
   Livia bersepeda mengikuti kawan-kawannya. “Aduhh! Haus banget masbroo! Gak ada minum nih,” rengeknya.
   “Nih, mau nggak?” tawar Dicky. Livia mengangguk. Lalu meneguk dengan cepat air dalam botol minum Dicky. Lalu, ia memberikannya ke Deni yang juga kehausan. Ini pertama kalinya Livia minum satu botol sama orang lain karena memang enggak ada cara lain untuk mencegah kehausan.
   Dicky berkata pada Fiella,“Cantik! Aku pinjam sepeda kamu ya,” kata Dicky cepat, lalu ia naiki sepeda milik Fiella, cewek yang sudah lama menjadi crush-nya.
   “Nggak!” jawab Fiella singkat, rada galak. Fiella enggak menyukai balik Dicky. Namun, akhir-akhir ini Fiella sering terlihat lebih perhatian pada Dicky. Dia sering nge-cie-ciein Dicky sama cewek lain. Biasanya, kalau sudah begitu kan, ada perasaan.
   “Plis Fiel, Cuma sebentar kok! Buat jalan-jalan di sekitar sini,” rayu Dicky.
   Tanpa membuang waktu, Dicky langsung menggenjot sepeda Fiella sekencang-kencangnya. Lalu membawanya keliling-liling sekitar sekolah. Saat itu, Dicky, Fiella, Reno, Deni dan Livia sedang bermain sepeda di sekolah. Tadi, Fiella dan Livia habis makan bakso, lalu menemui cowok-cowok di sekolah.
   Fiella langsung mengejar Dicky, “Dicky!! Dick… sepedaku!” seru Fiella dengan manja, mengejar Dicky. Fiella mulai terlihat pasrah.
   Livia, Reno dan Deni hanya memandangi Dicky dari belakang. Suasanyanya hening. Suasananya mulai berwarna pink karena kisah cinta. Tiba-tiba, Reno berkata pelan, “Kisah cinta sepeda”
   Tiba-tiba, Livia memecahkan keheningan. “Bww…bwa..bwahahahahaha!” ia memang selalu menggelegar kalau ketawa. Biasanya, kalau ada pasangan yang romantis, dia bakal ketawa-ketawa membayangkannya. Nggak peduli itu lucu atau enggak.
   “Kenapa Livia, ketawa sendiri?” tanya Deni.
   “Enggak papa kok. Cuma, hari ini lucu aja. Padahal, ada berita kecil nggak penting kalau gank Beebop niat banget, usaha banget mau ngejatuhin aku. Buktinya, tadi setan Noera, Hermeninha, Devino dan Ceriminha latihan ngebocorin ban sepedaku. Sampai-sampai, mereka nyuruh Putra buat ngebocorin banku juga. Tapi, enggak bisa. Ya itu karena Allah sayang banget sama cewek salehah dan multitalent kayak akyu… buktinya, tadi kamu ngeboncengin aku ke rumah bisa. Kita kan, jumbo Den!” jawabku asal. Padahal, yang aku tertawakan bukan itu.
   “Idih.. narsis banget sih kamu Liv! Enggak usah kepedean dikit bisa nggak? Kayak aku nih, cowok paling keren se-Jateng dan DIY!” balas Deni lebih narsis lagi.
   “Masak sih? Berarti sama adikku ganteng kamu dong?” tanyaku iseng.
   “Oh pasti doong! Asal ade-mu orang Jateng dan DIY ajaa. Haha!” jawab Deni bercanda.
   Tiba-tiba, Fiella dan Dicky datang.
   “Fiella, usaha kamu buat ngejar cinta sepedanya Dicky dari tadi berhasil loh! Ciyeee…” seru Reno menggoda.
   “Iih! Apaan sih kamu, Ren? Aku tuh enggak butuh cintanya Dicky, aku enggak suka sama Dicky!” jawab Fiella lumayan galak, membelah dunia. Haha! Cuma bercanda, kok.
   Sementara Dicky hanya cuek saja. Dia sudah biasa mendengar kata-kata bahwa Fiella enggak menyukainya balik. Tiba-tiba saja Reno menyambar sepeda Dicky dan membawanya bersepeda di tengah lapangan.
   PESSS!! Suara terdengar seperti angin kecil, Reno mencari sumber suaranya. Cowok pintar itu khawatir ketika menemukan suaranya di ban sepeda Dicky. “Waduh, Dicky! Nasib kamu lebih apes dari Livia. Nih, ban sepedamu bocor. Sori abis yaa… plis, aku enggak sengaja!” rengek Reno memelas.
   “Wahh! Lah gimana? Masak aku pulang jalan kaki? Capek lah masbro…” Dicky menjadi kesal.
   “Ya sudah, ayo cepet kita bawa ke bengkel. Bengkel yang di pertigaan situ saja, yang dekat dari sekolahan ini sedang tutup. Aku deh yang tuntun sepedanya. Kamu, naik sepedanya Livia saja,”  Reno segera mengakali. Ia menuntun sepeda Dicky yang malang itu. Fiella juga mengikuti Reno naik sepeda. Sementara Dicky berjalan kaki. Dan Deni ditinggal di sekolah karena sebentar lagi mamanya akan datang.
   “Dick, sini naik sepeda ini saja! Biarin tuh, Reno nuntun sepedanya. Dia kan, yang bikin masalah,” kata Livia seraya mengejek Reno. Soalnya, lampu belajarnya Livia juga pernah dirusak sama si Reno. Kabel lampunya Livia itu ditarik sama Reno.
   “Iya deh, makasih ya…” jawab Dicky.
   “Oke, tapi kamu yang boncengin. Kamu jumbo sih Dick, aku enggak kuat kalo ngeboncengin masbro segede kamu!” canda Livia sambil tertawa.
   “Hahaha, emang mbakbro pikir beratku ini seberapa? Cuma… 100 kilogram kok, dikurangi tapi! Hahaha!” jawab Dicky sambil bercanda juga. Yap, Livia itu sudah kental dengan dunia laki-laki. Bahkan, banyak cewek-cewek yang cemburu dengannya karena kedekatannya dengan banyak anak laki-laki. Padahal, bagi Livia sendiri, cowok itu sahabat.
   “Dahh, sampai!” kata Fiella lega, yang sedari tadi menyalahkan Livia yang enggak mau pulang mengantarnya. Nanti sore kan, Fiella ada latihan beladiri kempo. Tapi, Livia terus membujuk Fiella dengan ngomong “Terlambat demi membantu teman yang butuh itu baik loh! Apalagi temannya cowok. Cowok itu bukan makhluk untuk diterlantarkan, tapi untuk dielus-elus! Haha!” sehingga membuat Fiella semakin gemas.
   “Mas, bannya bocor!” kata Reno.
   Seraya menunggu, Dicky membeli camilan di AlfaMart di seberang jalan. Dicky emang selalu bawa uang banyak.
   Tak lama kemudian, dia pun datang membawa jajanan se-kantong plastik. Anak-anak itu memakannya untuk bersama.
   “Dik, ban sepedanya sudah jadi seperti semula. Sudah bisa dipakai lagi…” kata tukang bengkel itu. Kini, Reno yang kebingungan karena enggak bawa uang untuk membayar tambal ban. Payah deh, Reno!
   Ups! Untung Reno ternyata menyelipkan duit yang lumayan banyak di iPad casenya. Lalu, dia dan mantan crush-nya kembali kesekolah dengan berboncengan sepeda. Mereka meninggalkan Dicky dan Fiella di belakang. Fiella mendesah, karena terpaksa sepedanya beriringan dengan Dicky.
   Mungkin, dalam hati Fiella berkata, “apeslah nasibku sama kamu, Dick! Yah, jangan harapkan cintaku ya?!” hehehe..
   Tapi jawaban dari hati Dicky pastilah.. “Akhirnya Fiell, aku bisa mendapatkan waktu berdua denganmu. Rasanya hangat sekali saat ini. Dan kalau aku aktor, pelukis, atau penulis dan pekerjaan apalah, aku akan mengekspresikan dan mempublikasi kisah yang terkenang ini..”

    Boleh jadi, judul untuk kisah tersebut adalah, KISAH CINTA SEPEDA DARI BENGKEL CINTA.

Comments

Popular Posts