Surga Trekking di Lerep

Pejalan kaki yang menjadi penduduk perkotaan, jumlahnya mulai bertumbuh. Sebagian di antaranya memilih daerah yang jauh dari keberadaan manusia, di mana deru kendaraan serta percakapan manusia yang meramaikan, tak sanggup didengar telinga. Dibandingkan dengan daerah yang ramai penduduk, tempat untuk berjalan kaki atau trekking yang sepi serta menampakkan suasana yang cenderung lebih alami, lebih sulit dicari. 

 
Saya beruntung karena dipertemukan dengan sebuah tempat di Desa Lerep, kecamatan Ungaran Barat, kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Daerah yang diselimuti sawah hijau terang yang menghampar sejauh mata memandang, dengan pepohonan serta hutan-hutan yang berdiri di sana-sini, juga pemandangan gunung yang menjulang. 

Daerah terasering yang sangat luas ini, dapat menjadi lokasi trekking yang cocok bagi para pecinta trekking mana pun. Selain karena tempatnya yang masih hijau dan udara tidaklah panas pada siang hari sekalipun, terdapat pula beragam tumbuhan dan makhluk yang menjadikan tempat ini sebagai habitat. Jenis tanaman yang dapat ditemui cukup bervariasi, begitu pun binatang, yang sebagian besarnya berasal dari golongan serangga. 

Perjalanan menyusuri persawahan serta hutan-hutan ini, dapat dimulai dari depan kantor kecamatan Ungaran Barat (tentu saja, ada banyak titik start yang bisa dicoba, namun, apabila Anda ingin melakukan aktivitas trekking di sini, saya menganjurkan Anda memulainya dari depan kantor kecamatan). Berikutnya, akan ada  jalan beraspal yang menurun yang dapat Anda susuri, lantas berbelok kanan begitu menemui sebuah tempat wisata yang dibatasi oleh pagar serta dinding, yang dibangun tepat pada tikungan jalan menurun.

Rumah kayu berkuran mungil yang terpencil.


Selanjutnya, pepohonan akan mulai terlihat, dan keramaian perlahan menyusut. Saya sarankan, jalur trekking telah Anda tentukan dan tandai sebelumnya, karena tersesat dapat terjadi kapan saja, tatkala Anda melakukan kegiatan trekking di daerah yang tertutup pepohonan serta persawahan hijau, yang tak memiliki signifikansi perbedaan satu sama lain, sehingga 

Selama melangkahkan kaki pada jalur trekking, akan ada banyak hal yang bisa temui. Mulai dari serangga kupu-kupu yang hinggap di bebatuan, capung yang berterbangan di sekitar air mengalir, bebek-bebek yang tampak membasahi diri, hingga laba-laba yang menempel erat pada sarangnya, bersikap tenang dengan impresi misterius.


Laba-laba besar berwarna gelap.


Bukan hanya itu, pada sekitar persawahan, Anda dapat menyaksikan para 'manusia sawah' yang sibuk dengan sawahnya, ataupun tengah mengurus kerbau gemuknya. Saya bahkan beruntung, karena pada tengah-tengah jalur, sejumlah anak desa tampak bersenang-senang di tengah hamparan sawah, dengan mainan tipikal anak pedesaan mereka. Tanpa membuang kesempatan, saya mengangkat kamera dan mengambil gambar adegan keceriaan anak-anak tersebut.






Serunya bermain layangan di daerah rural.

Dua kerbau yang hendak dimandikan oleh sang pemilik.

Penduduk di halaman rumahnya, saya beruntung karena mereka tak segan untuk dipotret.

Setelah beberapa saat berjalan, mungkin Anda akan menemui sungai dengan aliran tenang di sekitar persawahan, apabila jalur yang Anda pilih, kebetulan sama dengan yang telah saya lalui. Yang saya sayangkan adalah, tampak bebatuan pada tepi sungai dikeruk, dan menampakkan kerusakan alam yang mengundang simpati. Pemandangan menyedihkan ini, mungkin satu-satunya hal yang tak menghibur selama trekking. Di luar itu, saya tak menemui hal buruk lain. 

Semakin jauh berjalan, semakin banyak pula tanjakan licin yang membahayakan. Pepohonan pun semakin penuh, dan sebaliknya, persawahan mulai jarang terlihat. Sangat dianjurkan untuk membawa tongkat kayu yang kuat, dengan ujung yang lumayan tajam, karena menghindari tergelincir pada medan miring seperti ini, juga menghemat tenaga pada jalur yang menanjak. 



Trekking akan mulai berakhir begitu persawahan yang luas, bermunculan lagi. Tak lama lagi, pemukiman penduduk pun akan terlihat. Tatkala tiba di daerah rumah penduduk desa dibangun, tak akan sulit untuk kembali ke tempat Anda memulai. Hanya dengan menyusuri jalan beraspal dengan beberapa bangunan di kanan jalan, Anda dapat kembali ke tempat memulai dalam waktu yang singkat.

Dari kejauhan, masihlah terlihat hutan-hutan yang dipayungi oleh daun hijau yang membentang bagai payung raksasa, begitu pun persawahan yang telah dilalui sebelumnya. 

Senja di Lerep


Tempat-tempat tersebut memang sudah semakin jauh dari tempat saya berada saat itu. Akan tetapi, ingatan saya mengenainya masih begitu kuat. Segala kesan yang saya dapatkan, masih tertancap dalam benak saya. Impresi mengenai tempat yang indah dan langka ditemui di kota besar tersebut, menjadi inspirasi bagi saya untuk melakukan banyak hal, sekaligus memberikan kesadaran bagi saya, tentang betapa beruntungnya saya karena masih bisa menyaksikan keberadaan tempat-tempat seperti ini. 

Saya turut mendukung Anda untuk mencoba menikmati hiburan berupa suasana pedesaan di tempat ini, sebelum Anda kehilangan kesempatan untuk menikmatinya. 

Sudah siap trekking di Lerep?








Comments

  1. Liat sawahnya masih hijau, damai banget pasti sejuk banget tuh.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts